Bismillaah...
Saudaraku, 1400 tahun yang lalu Nabi kita yang mulia Muhammad shallallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, dari Sahabat Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu,
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam
datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh
beruntunglah orang yang asing.” (HR. Muslim no. 145).
Dan pada hari ini
kita melihat kebenaran dari sabda Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam tersebut. Bagaimana
tidak, hari ini kita melihat seseorang yang berusaha menjalankan Islam dengan
baik ditengah-tengah masyarakat dianggap aneh dan asing. Hari ini pula kita
melihat seseorang yang memelihara jenggotnya dianggap asing, seseorang yang
menggunakan pakaiannya diatas mata kaki dianggap asing. Seseorang yang memiliki
akhlak yang jujur dan berusaha menjauhi kesyirikan pun dianggap asing, hingga seorang
wanita yang menutup auratnya dengan sempurna bahkan menggunakan cadar kian
terasing. Inilah keterasingan Islam saat ini, namun janganlah bersedih duhai
saudaraku, dikarenakan beruntunglah orang-orang yang dianggap asing.
Al Qodhi
‘Iyadh menyebutkan makna hadits di atas sebagaimana disebutkan oleh Imam
Nawawi,
أَنَّ الإِسْلام بَدَأَ فِي آحَاد مِنْ النَّاس وَقِلَّة ، ثُمَّ اِنْتَشَرَ وَظَهَرَ ، ثُمَّ سَيَلْحَقُهُ النَّقْص وَالإِخْلال ، حَتَّى لا يَبْقَى إِلا فِي آحَاد وَقِلَّة أَيْضًا كَمَا بَدَأَ
“Islam
dimulai dari segelintir orang dari sedikitnya manusia. Lalu Islam menyebar dan
menampakkan kebesarannya. Kemudian keadaannya akan surut. Sampai Islam berada
di tengah keterasingan kembali, berada pada segelintir orang dari sedikitnya
manusia pula sebagaimana awalanya. ” (Syarh Shahih Muslim, 2: 143).
Mungkin
diantara kita ada yang bertanya-tanya, siapa yang dianggap asing tersebut? Maka
untuk mengetahui jawabannya, simaklah penjelasan singkat berikut ini.
Orang yang
berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, itulah yang selalu teranggap
asing. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنَ سَنَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيباً ثُمَّ يَعُودُ غَرِيباً كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنِ الْغُرَبَاءُ قَالَ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ
Dari
‘Abdurrahman bin Sannah. Ia berkata bahwa Nabi shallallohu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Islam itu akan datang dalam keadaan asing dan kembali dalam
keadaan asing seperti awalnya. Beruntunglah orang-orang yang asing.” Lalu
ada yang bertanya pada Rosululloh shallallohu ‘alaihi wa sallam mengenai
ghuroba’, lalu beliau menjawab, “(Ghuroba atau orang yang terasing adalah)
mereka yang memperbaiki manusia ketika rusak.” (HR. Ahmad 4: 74.
Berdasarkan jalur ini, hadits ini dho’if. Namun ada hadits semisal itu riwayat
Ahmad 1: 184 dari Sa’ad bin Abi Waqqosh dengan sanad jayyid).
Dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rosululloh shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ فَقِيلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِى أُنَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ
“Beruntunglah
orang-orang yang terasing.” “Lalu siapa orang yang terasing wahai Rosululloh”,
tanya sahabat. Jawab beliau, “Orang-orang yang shalih yang berada di tengah
banyaknya orang-orang yang jelek, lalu orang yang mendurhakainya lebih banyak
daripada yang mentaatinya.” (HR. Ahmad 2: 177. Hadits ini hasan lighoirihi,
kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).
Misal,
- Ada
seseorang yang selalu komitmen untuk sholat 5 waktu dengan berjama’ah di masjid
maka ia akan asing ditengah-tengah manusia yang tidak sholat di sekelilingnya.
- Seseorang
yang mencoba mengikuti tata cara sholat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam
dengan baik akan terasing ditengah-tengah manusia yang sholat dengan mengikuti
kebiasaan yang memiliki kesalahan dari turun temurun.
- Seseorang
yang mengikuti tata cara Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam dalam
berkutbah (misal: khutbah jum’at) akan asing di tengah-tengah khotib yang tidak
mengikuti tuntunan Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam dan dianggap asing pula
oleh para jama’ah sholat jum’at yang tidak berilmu.
Dari Anas
bin Malik rodhiyallohu ‘anhu, Rosululloh shallallohu
‘alaihi wa sallam bersabda,
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
“Akan
datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya
seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh
Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Oleh
karena itu saudaraku, jika dirimu merasa saat ini bahwa kamu adalah orang yang
asing ditengah-tengah masyarakat disekitarmu maka janganlah bersedih, janganlah engkau
marah dengan apa yang terjadi kepadamu. Andaikata suatu hari imanmu mulai
melemah dan serasa tidak lagi mampu memikul keterasinganmu maka ingatlah akan
sabda Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam tentang seorang yang dianggap asing
ini, semoga dapat melejitkan semangat dirimu untuk terus menggenggam bara api
ini. Dan beruntunglah orang yang asing.
Semoga
Allohu tabaroka wa ta’ala terus memberikan hidayah-Nya kepada kita semua.
Dan semoga
Allohu tabaroka wa ta’ala mengokohkan hati-hati kita didalam mengamalkan agama
ini secara utuh.
Dan semoga
Allohu tabaroka wa ta’ala memudahkan pula langkah-langkah kaki kita untuk
menuju Surga-Nya.
Allohumma
Aamiin...
Wallohu ‘alam...
Disusun
pada senin malam.
Studio
Radio Indah Pratama, Kota Singkawang.
Abu Aufa
Aal